Kalau figur kebanggaanmu adalah artis sinetron di TV, meniru gaya bicara mereka, gaya berpakaian mereka, gaya hidup mereka, gaya "berantem" mereka, gaya "geng-gengan" atau gaya glamor mereka, maka yakinlah, kalian KELIRU.
Apakah hatimu (dan hatiku) tidak tersentak, kala Mata Najwa dengan narasinya yang khas berujar :
"Lalu Muhammad Khaerrazzaq Al Hafizi, pelajar KELAS SATU SMP di Pondok Pesantren Baitul Quro Wal Ghofar, Lombok Timur, NTB didapuk menjadi JUARA 1 TAHFIZ AL QUR'AN SE ASIA-PASIFIK. Dia menyisihkan 150 peserta dari berbagai negara. “Lawannya ada yang sudah menikah,” jelas Hafizi." (Repost Matajajwa)
Apakakah aku (dan KAU) yang usianya jauh di atasnya tidak tersindir untuk tersipu malu?
Apakah kau, adik-adikku usia SMP-MTs yang menjadi "oknum" suka berkelahi, tawuran, lempar batu, main tonjok dan berbangga diri berbalap motor mempertontokan kesombongan dan "pertentangan" pada ajaran agama yang katanya "masih" engkau yakini?
Kepada para orang tua. Tidaklah tersindir tentang salahkah pola pengajaran dan pendidikan yang sudah dihidangkan untuk putra-putrimu?
Kepada para guru, kepala dan institusi sekolah. Terlebih sekolah berlabel agama macam Madrasah Tsanawiyah, apakah TIDAK MALU dan TIDAK MERASA TERCAMBUK, ketika pelajaran Qur'an Hadits, Akidah Ahlak, SKI dan sejenisnya, tidak ada yang NYANGKUT DI KEPALA ANAK DIDIK karena MEREKA MASIH SUKA TAWUR DAN BERKELAHI DENGAN BANGGA?
Atau karena para gurunya ribut dengan administrasi pembelajaran, sehingga Qur'an hadits dan akidah ahlaq hanya berhenti pada Standar kompetensi, Kompetensi Dasar, RPP dan Silabus?
Kepada para Bupati, Walikota, Gubernur (cukup sampai Gubernur saja), terkhusus kepada mereka yang muslim, apakah TIDAK MALU, ketika kalian hoby menyelenggarakan berbagai macam festifal, perayaan, ivent, dan kegiatan berdalih pertumbuhan ekonomi, tapi jiwa-jiwa anak bangsa dibirkan rapuh tidak terbangun, bahkan dijauhkan dari petunjuknya yakni Al Qur'anul Karim?
Gubernur NTB (yang Hafal Qur'an itu) dengan beragam kegiatan yang Qur'any, cukuplah menjadi "cermin sindiran" untuk para Kepala Daerah "muslim" lainnya.
Muhammad Khaerrazaq Al Hafiz, telah menunjukan pada kita, bagaimana cintannya pada Al Qur'an, sehingga di usianya yang masih kelas 1 SMP itu, ia sudah khatam lagi hafal. Sesuatu yang langka di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Lhah wong buta aksara Al Qur'an saja sebuah kelaziman yang dimaklumi segenap pemangku kepentingan? Seolah ini adalah "tidak penting" dan tidak perlu butuh perhatian mendalam?
Biarkan itu jadi tugas guru-guru ngaji di surau, TPQ, masjid dan pesantren di sudut kenyataan?
Ah sudahlah, nanti terlalu melebar tulisan ini.
Terakhir, sampaikan saja senandung ini sebagai penghormatan pada mereka yang mecintai AL QUR'AN dengan sepenuh hati.
Sholatullohi wa salam, ngala man uhiyal Qur'an
Wa ahli baitihil qirom, wa shohbihi dzawil Qur'an
Salamullohi wa ridwan, ngala man ngadhomal Qur'an...
Adi Esmawan, Pengasuh Muhibul Qur'an Study Club